Selasa, 22 Mei 2012


SIKAP DAN PERILAKU SOSIAL
“HIKMAH DI BALIK PEKERJAAN YANG AKU LAKUKAN”



symbol copy.jpg
 












KELOMPOK 3

Ø  Ai Lia A                                 12115979
Ø  Ardi  Sofian                              12115184
Ø  Bambang Widiyanto                 12114867   
Ø  Dewi Fitriani                            12119454
Ø  Dewi oktobriani                       12112240
Ø  Dwi Ratna PS                          18113820
Ø  Husnul Khotimah                     18111519
Ø  Irpan Ardiansah                       18112951
Ø  Indra Nurlatif                           18113375
Ø  Novieta Septia D                     18111621
Ø  Sofiah                                     18112328

12.2G.25

 CHARACTER BUILDING


Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk. 
Mengangkat permasalahan - permasalahan tentang kehidupan sikap dan perilaku sosial kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.















DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ............................................................................................................2
DAFTAR ISI  .......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang.............................................................................................................4
  2. Tujuan..........................................................................................................................5
  3. Manfaat........................................................................................................................5
  4. Rumusan Masalah........................................................................................................5
  5. Sistematika penulisan...................................................................................................5.
BAB II LANDASAN TEORI
A.     Pengertian Pekerja Seks Komersial.........................................................................................6
B.     Pelacuran Menurut Agama............................................................................................6
C.     Faktor-faktor pendukung perilaku seks pada remaja ...................................................8
D.     Ciri khas PSK...............................................................................................................9
E.      Katagori PSK..............................................................................................................10
F.      Faktor-faktor penyebab adanya PSK..........................................................................11
G.     persoalan psikologis.....................................................................................................12
H.     Dampak yang di timbulkan..........................................................................................12
I.        Penanganan masalah  PSK..........................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN
A.     Pengertian prostitusi dan permasalahannya................................................................14
B.     Motif  yang melatar belakangi PSK...........................................................................16
C.     Akibat dari PSK..........................................................................................................17
D.     Masalah-masalah yang timbul dari PSK....................................................................17
E.      PSK pekerja tak bermoral............................................................................................18.
F.      Peran petugas sebagai kesehatan.................................................................................18
BAB IV PENUTUP
A.     Kesimpulan………………………………………………............................……..19
B.     Saran …………………………………………………................................……. 19
DAFTAR PUSTAKA


BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dari sejak dulu PSK sudah menjadi akar di dunia ini, sebagian yang melakukan pekerja sexs komersial, karena faktor ekonomi dan frustasi dengan keadaan yang ada. Pekerjaan ini sudah menjadi lumrah bagi mereka yang melakukaknnya, bahkan ada sebuah desa yang menjadi sarana dan  prasarana mereka untuk beroperasi tanpa ada kendala dari masyarakat setempat,  dan masyarakat tidak perduli dengan apa yang mereka lakukan, pekerjaan tersebut sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat di desa tersebut. Bahkan para pekerja sexs komersial itu mendapatkan izin untuk tinggal di desa tersebut dan mendapatkan fasilitas kesehatan secara rutin.
Pada tahun 1990, desa tersebut menjadi tempat pendatang bagi pekerja sexs komersial untuk beroprasi dengan dikuatkan oleh para premanisme desa tersebut sehingga mulai menguatkan mereka untuk terus beroprasi secara rutin dan mulai merancabang dengan membuka café-café dan tempat untuk melakukan hubungan intim.
            Dan sejak tahun 1998 sampai sekarang, pekerja sexs komersial tidak bisa di bubarkan. Sehingga desa tersebut menyetujui akan keberadaan mereka beroprasi dan membuka cafe-cafe untuk mereka mencari nafkah dengan kesepakatan yang sudah disepakati dengan para ulama, tokoh masyarakat, bahkan petugas keamanan (polisi) ikut serta dalam kebijakan yang di buat dalam desa  tersebut.





B.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengetian dari pekerja seks komersial
2.      Untuk mengetahui bagaimana pandangan agama terhadap pelacuran
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya seks bebas pada remaja
4.      Untuk mengetahui penyebab mereka memilih pekerjaan sebagai PSK
5.      Untuk mengetahui dampak negative PSK

C.     Manfaat
Makalah ini diharapkan agar kita dapat mengetahui isi hati mereka yang dipandang sebagai pekerjaan yang hina dan kotor tanpa melihat kondisi kehidupan meraka yang penuh senyum dalam penderitaan yang mereka hadapi.
D.     Rumusan Masalah
Ada beberapa permasalahan yang akan di bahas
1.         Pengertian pekerja seks komersial (PSK)
2.         Faktor pendukung perilaku seks pada remaja
3.         Dampak yang di timbulkan seorang menjadi PSK
4.         peran sebagai petugas kesehatan

E.      Sistematika penulisan
Rancangan sistematika makalah ini terdiri atas beberapa bab yang akan dirinci sebagai berikut :
BAB 1 : Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode pembahasan, dan sistematika penulisan
BAB 2 : Landasan teori           
Berisi mengenai : Pengertian Pekerja Seks Komersial, Pelacuran Menurut Agama, Faktor-faktor pendukung perilaku seks pada remaja, Faktor-faktor penyebab adanya PSK, persoalan psikologi, Dampak yang di timbulkan.
BAB 3 : pembahasan
Berisi mengenai : Pengertian prostitusi dan permasalahan nya, Motif yang menterbelakangi seorang menjadi PSK, Akibat dari PSK, Masalah-masalah yang timbul dari PSK, PSK pekerja tak bermoral, Peran petugas sebagai kesehatan.




BAB II
LANDASAN TEORI
A.     Pengertian Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual demi uang. Di Indonesia Wanita Malam (pekerja seks komersial) sebagai pelaku wanita pemikat lelaki hidung belang untuk memuaskan nafsu birahinya. Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan Wanita Malam itu sangat begitu buruk,  hina dan menjadi musuh masyarakat.Mereka kerap dihina, dicaci maki, bahkan jadi cemohan bagi semua orang yang benci terhadap mereka. Bila tertangkap aparat penegak ketertiban, mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka direhabilitasi dan diberikan penyuluhan. Pekerjaan Seks Komersial sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau, ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa.
Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity).

B.     Pelacuran Menurut Agama
Pekerja seks komersial sangat diharamkan didalam setiap agama karena bisa merusak moral maupun mengakibatkan hal yang negatif.
Pandangan Agama Islam mengenai pelacuran
Pelacuran dalam Islam adalah haram hukumnya dan berdosa besar. Islam juga melarang berkahwin dengan pelacur:
Dalam hal ini ada suatu riwayat yang diceriterakan oleh Murtsid dari Abu Murtsid, bahwa dia minta izin kepada Nabi untuk kahwin dengan pelacur yang telah dimulainya perhubungan ini sejak zaman jahiliah, namanya: Anaq. Nabi tidak menjawabnya sehingga turunlah ayat yang berbunyi:
Lelaki tukang zina tidak (boleh) kahwin, melainkan dengan perempuan penzina dan musyrik, dan perempuan penzina tidak (boleh) kahwin,melainkan dengan lelaki penzina atau musyrik.Yang demikian diharamkan atas orang-orang mukmin.(Al-Quran Surah An-Nur:3) Kemudian baginda bacakan ayat tersebut dan berkata: "Jangan kamu kahwin dengan dia" (hadis riwayat Abu Daud,An-Nasa'i dan Tarmiz
Pandangan dalam Perjanjian Baru
Agama Yahudi di masa Perjanjian Baru (New Testament), khususnya di masa Jesus menganggap negatif perlakuan pelacuran kerana itu orang baik-baik biasanya tidak mau bergaul dengan mereka bahkan menjauhkan diri dari orang-orang seperti itu. Namun demikian Jesus digambarkan dekat dengan orang-orang yang disingkirkan oleh masyarakat seperti para pelacur, pemungut cukai, dll. Injil Matius melukiskan demikian: "Kata Jesus kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah'." (Matius 21:31)
Maria Magdalena, salah seorang pengikut dan murid Jesus, seringkali digambarkan sebagai seorang pelacur yang diampuni Jesus (Lukas 8:2), meskipun pendapat ini masih diperdebatkan.
Kitab Wahyu melukiskan Roma sebagai pelacur besar yang akan dijatuhi hukuman oleh Allah: "... sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, kerana Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu." (Wahyu 19:2; lih. pula Wahyu 17:1, 17:5, 17:15, 17:16). Di sini perlu diingat bahwa Roma yang dimaksudkan oleh penulis Kitab Wahyu ini adalah pemerintahan yang pada waktu itu menindas dan menganiaya Gereja dan orang-orang Kristian pada masa-masa permulaan agama Kristian. Ini bermakna pelacuran itu haram.
Pandangan Agama Hindu
Dalam pandangan umat Hindu pelacuran sangat sangat dilarang, kerana dalam Hinduisme, tubuh wanita itu ibarat susu kehidupan bagi generasi berikutnya, mereka yang menjual dan membeli susu kehidupan dalam pandangan hindu hukumnya adalah kutukan seumur hidup. Dalam Veda(kitab agama Hindu) sendiri yang merupakan kitab suci umat hindu pelacuran disebutkan sebagai sesuatu yang selain dipantangkan juga akan mendapatkan kutukan sebanyak 7 keturunan.
Pandangan Agama Buddha
Dalam kitab suci agama Buddha, pelacuran jelas jelas dilarang kerana tidak sesuai dengan keinginan Buddha.








C.     Faktor-faktor pendukung perilaku seks pada remaja
Pekerja seks komersial kebanyakan terjadi pada remaja yang diawali dengan terjadinya pergaulan kearah seks bebas. Dimana menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks adalah sebagai berikut:
1)       Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks. Bagi remaja tersebut tekanan dari teman-teman nya itu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
2)      Adanya tekanan dari pacar
Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya.Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.
3) Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan resiko yang dihadapinya.
4) Rasa penasaran
Pada usia remaja, keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.

5) Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga.Bagi seorang remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak di kehendaki, perlu ada perhatian dari kita bersama dengan cara memberikan informasi yang cukup mengenai pendidikan seks dan Pendidikan agama. Kalau tidak ada informasi dan pendidikan agama di khawatirkan remaja cendrung menyalah gunakan hasrat seksualnya tanpa kendali dan tanpa pencegahan sama sekali. semua menyedihkan, dan sekaligus berbahaya, hanya karena kurangnya tuntunan seksualitas yang merupakan bagian dari kemanusiaan kita sendiri
D.     Ciri khas PSK
Ada beberapa ciri khas seorang pelacur / Pekerja seks komersial
1) Wanita, lawan pelacur adalah gigolo (pelacur pria)
2) Biasanya cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif, menarik
3) Muda
4) Pakaian mencolok, beraneka warna, eksentrik
5) Teknik seksual mekanistik, cepat, tidak hadir secara psikis
6) Mobile
7) Biasanya berasal dari strata ekonomi dan social rendah, tidak mempunyai ketrampilan khusus, berpendidikan rendah. Sedangkan pelacur kelas tinggi biasanya berpendidikan tinggi, beroperasi secara amateur atau professional.
8) 60-80 % intelektual normal
9)Mereka memperlihatkan penampilan lahiriah seperti : wajah, rambut, pakaian, alat kosmetik, parfum yang merangsang.
E.      Kategori PSK
Peristiwa pelacuran timbul akibat adanya dorongan seks yang tidak terintergrasi dengan kepribadian pelakunya. Dari impuls-impuls seks yang tidak terkendali oleh hati nurani tersebut dipakailah teknik seksual yang kasar dan provokatif dan berlangsung tanpa afeksi an perasaan emosi serta kasih sayang.
Perbuatan melacur dilakukan sebagai kegiatan sambilan atau pengisi waktu senggang, ataupun sebagai pekerjaan penuh (profesi). Pada tahun 60-an dinas social menggunakan istilah wanita tuna susila (WTS) bagi pelacur wanita sedangkan pelacur pria disebut gigolo. Bentuk kegiatan atau tingkah laku manusia yang termasuk dalam kategori pelacuran adalah :
1.      pergundikan, pemeliharaan istri tidak resmi, mereka hidup sebagai suamiistri, namun tanpa ikatan perkawinan atau nikah.
  1. Tante Girang. Wanita yang sudah kawin, tetapi sering melakukan perbuatan erotik dan seksual dengan pria lain secara iseng untuk pengisi waktu dengan bersenang-senang, untuk mendapatkan pengalaman seks, atau secara intersensional untuk mendapatkan penghasilan.
  2. Gadis Panggilan. Gadis atau wanita yang menyediakan diri untuk dipanggil dan dipekerjakan sebagai pelacur, melalui saluran tertentu. Pada umumnya terdiri ibu-ibu, pelayan took, pegawai, buruh, siswi sekolah, dan mahasiswi.
  3. Gadis bar. Gadis yang bekerja sebegai pelayan bar, yang sekaligus bersedia memberikan pelayanan seks kepada para pengunjug.
  4. Gadis Juvenil Deliquent. Gadis muda jahat yang didorong oleh emosi yang tidak matang dan keterbelakangan intelek, serta pasif. Muah menjadi pecandu minuman keras atau narkoba, sehingga mudah tergiur untuk melakukan perbuatan immoral seksual dan pelacuran.
  5. Gadis Binal (free girls). Gadis sekolah atau putus sekolah, akademi dan fakultas,yang berpendirian menyebarluaskan kebebasan seks secara ekstrim untuk mendapatkan kepuasan seksual.
  6. Taxi Girls. Wanita atau gadis panggilan yang ditawarkan dan dibwa ketempat plesiran dengan taksi atau becak.

  1. Penggali Emas (gold-digger). Gadis atau wanita cantik, ratu kecantikan, pramugari, penyanyi, aktris anak wayang dll. Pada umumnya mereka sulit untuk diajak bermain seks, yang diutamakan dengan kelihaiannya dapat menggali emas dan kekayaan dari kekasihnya.
  2. Hostess (pramuria). Gadis atau wanita yang menyemarakkan kehidupan malam dan nightclub dan merupakan bentuk pelacuran halus. Hostess harus melayani makan, minum dan memuaskan naluri seks sehingga pelanggan dapat menikmati keriaan suasana tempat hiburan.
  3. Promikuitas. Hubungan seks secara bebas dan awut-awutan dengan sembarangan pria juga dilakukan dengan banyak lelaki.
F.      Faktor-faktor penyebab adanya PSK (pekerja seks komersial):
1.       Kemiskinan
Diantara alasan penting yang melatar belakangi adalah kemiskinan yang sering bersifat structural. Struktur kebijakan tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin semakin miskin, sedangkan  yang kaya semakin menumpuk harta kekayaannya.
Kebutuhan yang semakin banyak  bagi seorang perempuan dan tekanan moral dari keluarga memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan sehingga pekerjaan yang harampun jadi pilihan mereka, karena kondisi kebutuhan materi yang menuntut.
2.       Kekerasan seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru dan sebagainya.
3.      Penipuan
Faktor lain yaitu,  penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur tenaga kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiri pun juga kerap ditemui.





4.      Pornografi
Menurut definisi Undang-undang Anti Pornografi, pornografi adalah bentuk  ekspresi visual berupa gambar, tulisan, foto, film atau yang dipersamakan dengan film, video, tayangan atau media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar kepada public alat vital dan bagian – bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis yang menonjolkan sensualitas dan seksualitas, serta segala bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain.
G.     Persoalan – persoalan psikologis
1.      Akibat gaya hidup modern
Seseorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan barang-barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan pintas dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.
2.      Broken home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dan tidak harmonis dapat memaksa seseorang remaja untuk melakukan hal - hal yang kurang baik di luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
3.      Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan bahkan adanya pemerkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.
H.     Dampak yang ditimbulkan bia seseorang bekerja sebagai PSK (pekerja seks komersial) :
1.      Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang perempuan.
2.      Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan selalu mencemooh dirinya.
3.      Memberikan citra buruk bagi keluarga.
4.       Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti  penykit kelamin, sifilis, hepatitis B HIV/AIDS

I.        Penanganan masalah PSK
a.       Keluarga
- Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
- Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari perbuatan dosa.
b.      Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan PSK.
c.       Pemerintah
-  Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
-  Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
-  Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi. HIV/AIDS.
















BAB III
PEMBAHASAN
A.     Prostitusi
Prostitusi merupakan masalah dan patologi sosial sejak sejarah kehidupan manusia sampai sekarang. Usaha penanggulangannya sangat sukar sebab harus melalui proses dan waktu yang panjang serta biaya yang besar. Usaha mengatasi tuna susila pada umumnya dilaukan secara preventif dan represif kuratif.
1.      Menurut jumlahnya, prostitusi dibagi dalam :
- Individual
- Bantuan organisasi dan sindikat
2.      Menurut lokasinya :
- Setartegis/lokalisasi
- Dibalik front organisasi/bisnis terhormat
3.      Klasifikasi :
- Sektor formal (kompleks lokalisasi, panti pijat, club malam, perempuan pendamping, penyedia perempuan panggilan)
- Sektor informal (berorientasi secara tidak tetap)
Usaha yang bersifat preventif diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan untuk mencegah terjadinya pelacuran. Kegiatan yang dimaksud berupa :
  1. Penyempurnaan undang-undang tentang larangan atau pengaturan penyelenggaraan pelacuran.
  2. Intensifikasi pendidikan keagamaan dan kerohanian, untuk menginsafkan kembali dan memperkuat iman terhadap nilai religius serta norma kesusilaan.
  3. Bagi anak puber dan remaja ditingkatkan kegiatan seperti olahraga dan rekreasi, agar mendapatkan kesibukan, sehingga mereka dapat menyalurkan kelebihan energi.
  4. Memperluas lapangan kerja bagi kaum wanita disesuaikan dengan kodratnya dan bakatnya, serta memberikan gaji yang memadahi dan dapat untuk membiayai kebutuhan hidup.
  5. Diadakan pendidikan seks dan pemahaman nilai perkawinan dalam kehidupan keluarga.
  6. Pembentukan team koordinasi yang terdiri dari beberapa instansi dan mengikutsertakan masyarakat lokal dalam rangka penanggulangan prostitusi.
  7. Penyitaan, buku, majalah, film, dan gambar porno sarana lain yang merangsang nafsu seks.
  8. Meningkatkan kesejahteraan seks.
Sedangkan usaha-usaha yang bersifat represif kuratif dengan tujuan untuk menekan, menghapus dan menindas, serta usaha penyembuhan para wanita tuna susila, untuk kemudian dibawa kejalan yang benar. Usaha tersebut antara lain sebagai berikut :
  1. Melakukan kontrol yang ketat terhadap kesehatan dan keamanan para pelacur dilokalisasi.
  2. Mengadakan rehabilitasi dan resosialisasi, agar mereka dapat dikembalikan sebagai anggota masyarakat yang susila. Rehabilitasi dan resosialisasi dilakukan melalui pendidikan moral dan agama, latihan kerja, pendidikan ketrampilan dengan tujuan agar mereka menjadi kreatif dan produktif.
  3. Pembinaan kepada para WTS sesuai dengan bakat minat masing-masing.
  4. Pemberian pengobatan (suntiakan) paa interval waktu yang tetap untuk menjamin kesehatan dan mencegah penularan penyakit.
  5. Menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka yangbersedia meninggalkan profesi pelacur, dan yang mau memulai hidup susila.
  6. Mengadakan pendekatan kepada pihak keluarga dan masyarakat asal pelacur agar mereka mau menerima kembali mantan wanita tuna susila untuk mengawali hidup barunya.
  7. Mencarikan pasangan hidup yang permanen (suami) bagi para wanita tuna susila untuk membawa mereka ke jalan yang benar.
  8. Mengikutsertakan para wanita WTS untuk berpratisipasi dalam rangka pemerataan penduduk di tanah air dan perluasan esempatan bagi kaum wanita.


B.     Motif yang melatar belakangi PSK
Motif-motif yang melatarbelakangi seseorang menjadi pelacur / PSK
1) Kesulitan hidup
2) Nafsu seks abnormal
3) Tekanan ekonomi
4) Aspirasi materil tinggi
5) Kompensasi terhadap perasaan inferior
6) Ingin tahu pada masalah seks
7) Pemberontakan terhadap otoritas orang tua
8) Simbol keberanian dan kegagahan
9) Bujuk rayu laki-laki dan/calo
10) Stimulasi seksual melalui film, gambar, bacaan
12) Pelayan dan pembantu Rumah tangga
13) Penundaan pernikahan
14) Disorganisasi dan disintegrasi kehidupan keluarga
15) Mobilitas pekerjaan atau jabatan pria
16) Ambisi besar mendapatkan status sosial ekonomi tinggi
17) Mudah dilakukan
18) Pecandu narkoba
19) Traumatis cinta
20) Ajakan teman
21) Tidak dipuaskan pasangan/suami






C.     Akibat menjadi pelacur / PSK
Praktek-praktek pelacuran biasanya ditolak oleh masyarakat dengan cara mengutuk keras, serta memberikan hukuman yang berat bagi pelakunya. Namun demikian ada anggota masyarakat yang bersifat netral dengan sikap acuh dan masa bodoh. Disamping itu ada juga yang menerima dengan baik. Sikap menolak diungkapkan dengan rasa benci, jijik, ngeri, takut dll. Perasaan tersebut timbul karena prostitusi dapat mengakibatkan sebagai berikut. :
  1. Menimbulkan dan menyebarkan penyakit kelamin dan penyakit kulit. Penyakit kelamin tersebut adalah sipilis dan gonorrgoe. Keduanya dapat mengakibatkan penderitanya menjadi epilepsi, kelumpuhan, idiot psikotik yang berjangkit dalam diri pelakunya dan juga kepada keturunan.
  2. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga, sehingga keluarga menjadi berantakan.
  3. Memberi pengaruh demoralisasi kepada lingkungan, khususnya remaja dan anak-anak yang menginjak masa puber.
  4. Berkorelasi dengan kriminalitas dan kecanduan minuman keras dan obat terlarang (narkoba).
  5. Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum dan agama.
  6. Terjadinya eksploitasi manusia oleh manusia lain yang dilakukan oleh germo, pemeras dan centeng kepada pelacur.
  7. Menyebabkan terjadi disfungsi seksual antaralain : impotensi, anorgasme.
  8. Kebiasaan buruk, Badan lemas dan lelah,Badan dimanipulir dan di eksploitasi
  9.  Kekerasan
  10.  Penghasilan lambat laun menurun
  11. Usia lebih dari 30 tahun biasanya mengalami konflik jiwa

D.     Masalah-masalah yang timbul dari PSK
Beberapa masalah yang timbul karena menjadi PSK, antara lain :
1) Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti, HIV/AIDS.
2) Timbul kehamilan yang pada umumnya tidak diinginkan
3) Timbul Kekerasan
4) Mengganggu ketenangan lingkungan tempat tinggal

E.      PSK Pekerjaan tak bermoral
Faktor-faktor yang menyebabkan PSK dianggap sebagai pekerjaan yang tidak bermoral :
1) Pekerjaan ini identik dengan perzinahan yang merupakan suatu kegiatan seks yang dianggap tidak bermoral oleh banyak agama
2) Perilaku seksual oleh masyarakat dianggap sebagai kegiatan yang berkaitan dengan tugas reproduksi yang tidak seharusnya digunakan secara bebas demi untuk memperoleh uang.
3) Pelacuran dianggap sebagai ancaman terhadap kehidupan keluarga yang dibentuk melalui perkawinan dan melecehkan nilai sakral perkawinan.
4) Kaum wanita membenci pelacuran karena dianggap sebagai pecuri cinta dari laki-laki (suami) mereka sekaligus pencuri hartanya.


F.      Peran sebagai petugas kesehatan
Peran sebagai petugas kesehatan dalam masalah pekerja seks komersial yaitu :

1) Memberikan pelayanan secara sopan seperti melayani pasien-pasien yang lain
2) Belajar membuat diagnosa dan mengobati PMS  
3) Mengenal berbagai jenis obat yang masih efektif, terbaru, murah dan cobalah menjaga kelangsungan pengadaan obat
4) Cari pengadaan kondom yang cukup dan rutin bagi masyarakat.
5) Memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB, perawatan PMS dan obat yang terjangkau serta penanggulangan obat terlarang







BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Seseorang menjadi PSK adalah alasan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, tingkat pendidikan PSK sangat rendah, sebagian besar tamatan sekolah dasar (SD) dan beberapa tidak mengenyam pendidikan dasar sama sekali, pendidikan rendah dan minimnya keahlian dan sempitnya lapangan pekerjaan membuat wanita nekad untuk bekerja sebagai PSK yang rendah.
Respon masyarakat sekitar terhadap lokalisasi prostitusi, beragam ada yang setuju karena keberadaan  lokalisasi prostitusi dapat memberikan tambahan penghasilan utama bagi pedagang dan pihak yang menyewa rumah nya untuk praktek prostitusi, sedangkan masyarakat yang tidak setuju adanya praktek prostitusi lebih banyak memberikan dampak buruk keresahan karena banyak di jumpai pelanggan dan PSK selain terjadinya perzinahan dan menimbukan suara bising akibat kendaraan maupun musik yang di putar terlalu keras.
B. SARAN 
Berdasarkan dari hasil penelitian bagi pemerintah, perlu adanya peningkatan pendidikan, pelatihan keahlian, kemudian pemerintah menyediakan lapangan kerja bagi wanita, terutama di daerah penduduk yang banyak PSK.
Bagi masyarakat, peningkatan kesadaran bahwa lokalisasi prostitusi adalah bagian dari penyakit masyarakat, sehingga ada upaya untuk saling menjaga sesama anggota masyarakat dari pengaruh buruk lokalisasi prostitusi, masyarakat mestinya dapat menerima dengan baik PSK yang berniat untuk bertobat kembali hidup normal.




DAFTAR PUSTAKA
Albarda (2004). Sebab akibat bayaknya pekerja PSK). From http://rachdian.com/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30, 3 August 2008
Endah (2010).permasalahan-permasalahan wanita.